Posted on 11/09/2012 by henrinurcahyo
Lakon “Padepokan Putat Selawe: Labuh Tresno Sabaya Pati”
Oleh Henri Nurcahyo
Alkisah di kabupaten Ngawi ada suatu padepokan yang diasuh oleh Ki Hajar Sidikoro yang mempunyai puteri cantik bernama Mustikasari. Kabar kecantikan Mustikasari telah menyebar kemana-mana hingga sampai ke Kadipaten Barat. Sang Adipati pun berniat mempersuntingnya, namun di tengah perjalanan berpapasan dengan rombongan Raden Sanggoro dari Kademangan Jagaraga yang juga bemaksud melamar Mustikasari. Terjadilah kesalahpahaman hingga kedua rombongan berkelahi. Baca lebih lanjut →
Filed under: Budaya | Leave a comment »
Posted on 11/09/2012 by henrinurcahyo
Catatan Henri Nurcahyo
1. Berbicara mengenai “Peran Lembaga Pertunjukan Rakyat sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” sebenarnya ibarat abujâi saghârâ ketika ditujukan pada seniman dan warga Madura pada umumnya. Sebab sejarah seni pertunjukan rakyat (pertura) di Madura sebetulnya justru sudah biasa membawakan pesan-pesan untuk disampaikan pada penontonnya. Hal ini sudah berlangsung sejak lama sekali, ketika para Wali menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pertura sebagai sarana dakwah. Jadi apa lagi yang musti disampaikan? Bukankah budaya Madura sangat kaya dengan peribahasa dalam jumlah yang sangat besar? Sangat banyak sekali ca’-oca’an dalam bentuk parèbhâsan, bhâbhâsan, saloka, parocabhân, atau juga parompamaan, parsemmon, dan bângsalan. Baca lebih lanjut →
Filed under: Budaya | Leave a comment »