Posted on 26/04/2018 by henrinurcahyo
Catatan Henri Nurcahyo
Barangkali sosok masdibyo tak ubahnya Jokowi. Meski banyak orang yang nyinyir dan terus menerus melontarkan ketidak-sukaan, dia menjawabnya dengan kerja, kerja dan kerja. Maka pameran demi pameran terus menerus dilakukannya, sendiri atau bersama.
Terhitung sejak tahun 1987 atau 29 (dua puluh sembilan) tahun yang lalu, pelukis kelahiran Pacitan ini sudah mencatatkan pameran tunggal ke 44 (empat puluh empat) kali. Berarti rata-rata dalam setahun lebih dari satu kali pameran tunggal, malah pernah setahun 3 kali kali pameran tunggal (1995, 1997, 1999, 2005, 2006). Bahkan pernah setahun pameran tunggal hingga 4 (empat) kali (2003). Siapakah yang sanggup menandingi produktivitasnya dalam hal pameran tunggal seperti ini?
Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: bakrie tower, inner action, masdibyo, meditasi vipasana | Leave a comment »
Posted on 23/04/2018 by henrinurcahyo
Catatan Henri Nurcahyo
Beni Dewo pameran tunggal di AJBS Art Gallery Surabaya. Tema lukisannya adalah Humility yang dimaknai sebagai andhap asor atau kerendahan hati. Lukisannya berupa figur-figur yang semuanya dengan kepala tertunduk, menunduk atau merunduk.
Menurut Beni, Humility merupakan falsafah hidup merendahkan diri tanpa menghilangkan wibawa diri. Merunduk seperti tanaman padi yang siap dipanen. Bahwa sikap menunduk menunjukkan sikap rendah hati, tidak sombong dan semacamnya. Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: beni dewo, galeri AJBS, gundul-gundul pacul, humility, kartolo | Leave a comment »
Posted on 23/04/2018 by henrinurcahyo
Catatan Pentas Teater Sanggar Lidi Surabaya
Sanggar Lidi Surabaya mementaskan teater di Gedung Cak Durasim dua minggu yang lalu (11/4) dengan judul “Aktivzm”. Pertunjukan ini berkisah mengenai hitam putih dunia aktivis, yaitu orang-orang yang pernah menjadi pelaku langsung terjadinya perubahan besar dalam perjalanan sebuah negeri. Mereka adalah para demonstran dan/atau aktivis pergerakan mahasiswa yang memiliki perhatian besar terhadap persoalan negara ketimbang hanya sibuk baca buku dan kuliah. Baca lebih lanjut →
Filed under: Budaya | Tagged: gedung cak durasim, pentas teae aktivzm, sanggar lidi, taman budaya jatim, totenk | Leave a comment »
Posted on 19/03/2018 by henrinurcahyo
Oleh Henri Nurcahyo
Apakah yang dapat dikenang dari Ivan Hariyanto? Pelukis asal Banyuwangi itu dikenal sebagai lelaki temperamental yang suka meledak-ledak dalam banyak hal. Tidak sedikit temannya yang pernah berurusan dengan kemarahannya, namun toh kembali akur lagi. Dalam sebuah diskusi dia tidak pernah berdiam diri. Mengacungkan jari, bertanya atau menggugat sesuatu yang menjadikan diskusi malah seru. Baca lebih lanjut →
Filed under: Profil, seni | Tagged: City Without People, Hipbaya, Ivan Hariyanto, Jatim Art Now, Padhang Langite | Leave a comment »
Posted on 10/03/2018 by henrinurcahyo
Oleh HENRI NURCAHYO
Masih ada yang percaya, perempuan Sunda tidak boleh (tidak berani, tidak mau) menikah dengan lelaki Jawa. Tabu (pamali) ini bersumber dari peristiwa Pasunda Bubat dimana rencana pernikahan puteri Sunda Dyah Pitaloka dari Pajajaran dengan Raja Majapahit Hayam Wuruk gagal akibat kesalahpahaman sehingga rombongan dari Sunda itu terbunuh semua di daerah Bubat dan sang calon pengantin puteri pun bunuh diri. Baca lebih lanjut →
Filed under: Budaya, Kolom | Tagged: cerita panji, dinoyo, gajahmada, gunungsari, majapaht, siliwangi, soekarwo, sunda | Leave a comment »
Posted on 14/01/2018 by henrinurcahyo
JAKARTA: Pameran Lukisan “Semanggi Suroboyo” di Balai Budaya, Jalan Gereja Theresia Jakarta, menunjukkan keberagaman karya sembilan perupa yang memesona. Tidak satupun dari mereka yang mengesankan kemiripan satu sama lain. Sebanyak 52 lukisan dari 9 perupa Surabaya ini berhasil menyajikan 9 pesona yang masing-masing memiliki daya pikat tersendiri.
Dalam pameran yang berlangsung sejak hari Sabtu malam (13/01) hingga tanggal 21 Januari itu pengunjung seperti berada dalam sebuah ajang perjamuan dengan sembilan menu yang berlainan rasanya. Tinggal dipilih sesuai selera, masing-masing memiliki daya tarik yang berbeda, diantara mereka juga tidak ada yang saling berebut untuk menonjol sendiri. Tidak ada yang yunior maupun senior, meski dari sisi usia keberagaman perupa ini berkisar dari 76 tahun (Makhfoed) hingga 51 tahun (Widodo Basuki). Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: amdo brada, balai budaya, beni dewo, buggy budiyanto, m fauzi, makhfoed, sad indah ambarwati, semanggi suroboyo, setyoko, widodo basuki, yunus jubair | Leave a comment »
Posted on 09/12/2017 by henrinurcahyo
Catatan Henri Nurcahyo
Ketika masih bernama De Simpangsche Societeit, Balai Pemuda menjadi tempat rekreasi orang-orang Belanda untuk pesta ria, dansa dan hura-hura. Hanya golongan mereka saja yang boleh masuk, sebagaimana jelas terpampang di sebuah plang: Verboden voor honden en Inlander (dilarang masuk bagi anjing dan pribumi). Ketika kemudian sekarang ini Pemerintah Kota Surabaya hendak mengusir seniman dari kompleks Balai Pemuda, jangan-jangan lantas juga dipasang plang: “Seniman dan Anjing Dilarang Masuk.” Naudzubillah min dzalik.
Baca lebih lanjut →
Filed under: Budaya | Tagged: balai pemuda, BMS, de simpangsche societiet, DKS, Doel Arnowo, DPRD Kota Surabaya, KNPI, Masjid As Sakinah | Leave a comment »
Posted on 15/11/2017 by henrinurcahyo
Sudah menjadi cerita klise bahwa ada pembantu rumahtangga yang dihamili oleh juragan atau anak juragan. Biasanya, solusi dari kasus ini seringkali merugikan pihak pembantu dan mengesankan juragan yang arogan. Namun kali ini Ludruk Karya Budaya (LKB) Mojokerto mampu menyajikan dengan gaya yang berbeda sehingga menjadi tontonan yang menarik. Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: ludruk karya budaya, taman krida budaya, yatimin yatimun | Leave a comment »
Posted on 15/11/2017 by henrinurcahyo
Alunan dangdut “Buah Simalakama” mengawali pertunjukan, seiring dengan terbukanya layar panggung. Tidak lama mengalun, terpampanglah pemandangan, tiga buah sofa merah menyala, seorang perempuan memperlihatkan punggung telanjangnya, duduk di ujung punggung sofa, menghadap ke dinding. Ini adalah sebuah awalan yang bagus untuk menggiring imajinasi penonton ke sebuah dunia malam bernama Dolly.
Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: alit, dolly, putat jaya, taman budaya | Leave a comment »
Posted on 10/11/2017 by henrinurcahyo
catatan ringan henri nurcahyo
Sebuah pertunjukan yang menamakan diri Drama Wayang (Drayang) digelar di Gedung Kesenian Cak Durasim (10/11) membawakan lakon “Kidung Bhagavat Gita”. Dialog panjang yang sakral antara Sri Kreshna dan Arjuna itu terasa “renyah” karena dibawakan dengan cara-cara yang populer, enak ditonton, artistik, dan (ini yang menarik) hampir semua dialognya berbahasa Indonesia dan sesekali malah menggunakan Jawa Suroboyoan.
Lantaran memang merupakan sebuah pertunjukan khusus, penonton harus punya undangan dengan kursi yang sudah ditentukan, kecuali mau duduk di lantai. Yang tak bisa masuk disediakan layar monitor lebat di pendopo, lengkap dengan puluhan kursi. Pertunjukan ini juga menjadi istimewa karena dihadiri Gubernur Jatim, Soekarwo dan istri, juga Sekdaprov, Deputi Bekraf, dan pejabat Dirjen Kebudayaan. Baca lebih lanjut →
Filed under: seni | Tagged: bhagawat gita, gedung cak durasim, gubernur soekarwo, swargaloka | Leave a comment »